Pencarian

Jumat, 11 Agustus 2017

Kemenangan, Jibt dan Taghut

Muslimin di segala zaman dan di seluruh dunia pasti akan mendapatkan berita gembira, yaitu mereka yang mengikuti rasululullah SAW dan rasul-rasul sebelumnya. Akan tetapi keadaan yang terjadi menunjukkan hal lain. Dalam sebuah hadits bahkan disinggung bahwa umat islam akan menjadi banyak akan tetapi bagaikan buih yang terombang-ambing. Zaman ini, hal itu sepertinya telah menjadi kenyataan, di mana umat islam sangat banyak akan tetapi terombang-ambing diperebutkan oleh bangsa-bangsa.
Rasulullah SAW bersabda :“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Keadaan itu tampak  berseberangan dengan janji kabar gembira yang diberikan Allah. Terkait janji tentang berita gembira bagi hamba-hamba Allah, ada beberapa hal yang tidak diperhatikan dengan seksama oleh muslimin sehingga muslimin tidak memperoleh berita gembira yang dijanjikan. Boleh jadi hal itu menyebabkan muslimin tumbuh dengan penyakit alwahn. Salah satu yang menghalangi berita gembira itu  di antaranya adalah tentang taghut. Orang yang menjauhi taghut akan mendapatkan berita gembira, sebagaimana tertulis dalam ayat berikut :
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku (QS Az-Zumar : 17)
Orang-orang yang menjauhi taghut dengan tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah bagi mereka berita gembira. Firman itu menjelaskan dengan mutlak, bahwa hamba-hamba menjauhi taghut akan mendapatkan berita gembira. Yang dimaksud sebagai menjauhi taghut yaitu orang yang kembali kepada Allah dan  tidak menyembah thaghut. Bila seorang hamba Allah tidak mendapatkan berita gembira, maka sebenarnya dirinya boleh jadi masih mengikuti salah satu atau beberapa taghut atau boleh jadi sebenarnya dirinya belum mempunyai keinginan atau belum berusaha untuk kembali kepada Allah.

Pengertian Taghut

Thaghut secara bahasa berarti melampaui batas. Dalam alquran, taghut seringkali diatribusikan kepada orang-orang yang diberi kitab suci, menunjukkan kemelencengan yang dialami oleh pembaca kitab suci. Taghut merupakan lawan dari apa yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya.

Orang yang merasa beriman kepada apa yang diturunkan kepada rasulullah SAW dan kitab-kitab terdahulu belum tentu terbebas dari taghut. Orang yang terbebas dari taghut mempunyai indikasi yang jelas, yaitu mereka telah mendengar kabar gembira dari Allah, maka orang yg belum mendengar kabar gembira bagi dirinya bukanlah orang yang terbebas dari taghut.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu (QS An-Nisaa : 60-61)
Kitab suci adalah firman Allah yg beristiwa di atas ‘arsy disampaikan kepada nabi-nabi yang hidup di bumi. Firman itu tidak keliru kecuali telah diubah oleh tangan-tangan manusia. Alquran al karim adalah satu-satunya kitabullah yang dijamin tidak akan bisa diubah oleh siapapun, dan alquran lah kitab suci yang menyampaikan firman Allah SWT secara  sempurna. Kitab itu menyampaikan kebenaran dari atas ‘arsy kepada seluruh makhluk tanpa sedikitpun kesalahan.

Di sisi lain, manusia adalah makhluk yang diciptakan dari tanah di bumi, sedangkan bumi adalah alam yang paling jauh dari ‘arsy. Sekian banyak hijab menutupi kehidupan manusia. Seringkali  manusia berpikir bahwa tata aturan kehidupan di bumi ini adalah tata aturan yang sebenarnya. Sebagian manusia benar-benar tertutup oleh kehidupan di bumi sehingga mereka mendustakan firman-firman Allah, sebagian beriman sepenuhnya kepada kitab suci dengan bashirah yang nyata, dan sebagian merasa beriman kepada kitab suci namun kehidupannya bergantung kepada tata aturan di bumi.

Seseorang yang beriman akan mendambakan pertemuan dengan tuhannya sehingga dia mencari jalan Allah. Manusia diciptakan di bumi dan harus berjalan di jalan Allah agar dapat bertemu dengan tuhannya. Di sisi inilah kitabullah berperan penting.  Kitabullah merupakan cahaya dan petunjuk yang diberikan untuk menyibak hijab-hijab yang meliputi diri manusia selama perjalanan dari dunia menuju Allah. Manusia dihadapkan pada tantangan untuk beriman sepenuhnya kepada firman-firman Allah dan mengkufuri thagut..

Selain berhadapan dengan tata aturan di bumi, manusia harus berhadapan dengan hawa nafsu dan syahwat yang hidup bersama dirinya sendiri. Hawa nafsu dan syahwat akan mendorong manusia untuk memperoleh penghormatan serta kedudukan di antara manusia, serta harta benda dan hal duniawi lainnya. Ketika hawa nafsu dan syahwat manusia bersentuhan dengan kebenaran, manusia akan terseret kepada taghut. Hawa nafsu akan cenderung untuk melampaui batas dalam memahami kebenaran, sehingga melenceng dari apa yang dikehendaki Allah sebagaimana tersurat dalam kitab suci. Ketika  pemahaman seseorang melenceng atau melampaui kehendak-Nya maka terwujudlah taghut.
Tanpa membersihkan jiwa, manusia akan cenderung mempertuhankan taghut. Manusia akan mengambil apa yang disukainya dari kitab suci dan meninggalkan yang tidak disukainya. Manusia akan cenderung untuk mengikuti kebenaran yang disukai oleh hawa nafsunya daripada apa yang difirmankan oleh Allah, dan cenderung akan memutuskan segala sesuatu berdasarkan apa yang disukai hawa nafsunya. Dengan demikian maka manusia akan mengambil taghut sebagai hakim baginya.

Taghut yang dicontohkan dalam ayat alquran itu adalah tentang pensikapan pada kitab suci, di antaranya adalah perbuatan mendustakan kitab suci yang diturunkan sebelum alquran tanpa mengujinya dengan alquran. Alquran telah menjelaskan kedudukan dirinya di antara kitab suci yang dengan detail. Membatalkan, atau sebaliknya mengikuti seluruh kitab suci selain alquran tanpa mengujinya dengan alquran adalah sebuah taghut. Alquran merupakan pembenar bagi kebenaran yang disampaikan kitab suci yang lain, dan batu penguji yang mampu memilah kebenaran dan hal yang tidak akurat atau keliru yang tercantum dalam kitab suci yang lain.

Manusia diperintahkan untuk mengkufuri  taghut. Tanpa membaca kitab suci, pikiran manusia akan dipenuhi oleh hawa nafsu dan syahwat. Dengan membaca kitab suci, pikiran manusia akan melahirkan taghut. Apa yang diputuskan oleh pikiran seorang manusia yang dipengaruhi oleh hawa nafsu atau syahwat akan  menyimpan potensi taghut, baik kecil ataupun besar. Taghut akan semakin menciut bila seseorang semakin bersih dan teliti membaca kitab suci dan mentaati apa kehendak Allah yang tersurat di dalamnya. Ketika manusia berhasil memahami kitab suci dan beramal sesuai dengan kehendak Allah, maka dirinya akan mendapatkan kabar gembira.

Taghut adalah alat syaitan untuk menyesatkan manusia dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya. Syaitan tidak lagi mempunyai celah untuk membengkokkan ajaran Allah secara terang-terangan dan nyata bagi manusia-manusia yang membaca kitab suci. Syaitan hanya mempunyai celah-celah sempit, namun menjadi lapang bila manusia tidak waspada atau malah membuka dirinya terhadap hawa nafsu dan syahwat. Dengan hal itulah syaitan menyesatkan manusia, bahkan dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.

Kesesatan Akibat Taghut

Kesesatan yang ditimbulkan syaitan kepada manusia yang mengikuti taghut sangatlah jauh. Sekalipun orang membaca kitab suci, akan tetapi apabila bacaan itu dengan mengikuti hawa nafsu maka bacaan itu akan membawa pembacanya untuk menjadi orang yang dilaknat Allah.

Orang-orang yang dilaknat Allah karena membaca kitab suci ini justru menampakkan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling benar jalannya, bahkan  bila dibandingkan dengan orang-orang beriman. Akan tetapi tampilan itu hanyalah bagi orang-orang kafir, tidak bagi orang yang beriman. Orang beriman akan mengetahui bahwa  jalan yang ditampakkan oleh orang-orang yang dilaknat Allah adalah tidak benar.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya (QS An-Nisaa:51-52)
Orang-orang yang dilaknat Allah dari kalangan pembaca kitab suci  itu adalah orang-orang yang mencapai taraf  beriman kepada al-jibt dan beriman kepada taghut. Jibt adalah perkataan  atau pertanda yang tidak mempunyai logika atau dasar yang benar, misalnya takhayul dan perkataan-perkataan yang diada-adakan tanpa sebuah dasar  pengetahuan. Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW bersabda :
Iyafah, Thiyarah dan Thurq termasuk bagian dari al-Jibt. Hr. Abu Dawud, al-Nasa`iy, Ibn Hibban.
Iyafah ialah kepercayaan pada suara atau jenis burung atau binatang lain yang  mereka temukan dianggap berkaitan dengan nasib yang akan diterima.  Thiyarah adalah kepercayaan yang beranggapan bila ada burung hantu berkicau dan hinggap di rumah seseorang, maka salah satu penghuninya akan sial. Sedangkan al-Thurq ialah menentukan sikap dengan melemparkan batu atau sejenisnya, atau memutar alat. Hal-hal itu termasuk al-jibt.

Di kalangan orang yang membaca kitab suci, terdapat perkataan-perkataan yang bertentangan dengan yang tersurat dalam kitab suci ataupun petunjuk rasulullah SAW. Sebagian perkataan itu muncul karena pengaruh hawa nafsu yang tidak mau memahami kehendak Allah sebagaimana yang tersurat dalam kitab suci. Sebagian perkataan muncul akibat tidak teliti membaca kitab suci. Yang paling berbahaya adalah perkataan yang dimaksudkan untuk menutupi cahaya petunjuk untuk menyesatkan manusia. Inilah yang akan mengantarkan manusia menjadi terlaknat oleh Allah, bila dirinya beriman dengan perkataan yang menentang itu.

Contoh perkataan yang menentang petunjuk itu adalah tentang munculnya syaitan. Rasulullah SAW telah dengan terang benderang mengatakan tentang kemunculan syaitan. Akan tetapi sebagian orang yang mengaku beriman dengan kitab suci membuat perkataan-perkataan yang menutupi petunjuk yang disampaikan rasulullah SAW itu.  Perkataan-perkataan mereka itu adalah al-jibt.   Orang-orang yang beriman kepada al-jibt yang dibuat oleh diri mereka atau panutan mereka akan termasuk dalam golongan orang yang mendapatkan laknat Allah.

Perkataan itu muncul dari antara orang yang mengaku beriman kepada kitab suci. Mereka itulah orang-orang yang akan benar-benar berusaha menghalangi manusia untuk kembali kepada apa yang diturunkan Allah  dan untuk kembali kepada rasul-Nya. Orang yang dilaknat Allah akan menjadi orang-orang yang hina. Mereka tidak mempunyai kehormatan karena mereka melemahkan akal mereka sendiri. Tidak ada makhluk yang dapat menolong orang-orang yang mendapatkan laknat Allah.

Mereka mempunyai pembalasan yang sangat buruk di sisi Allah. Mereka lebih buruk daripada orang-orang fasik, dan mereka setara  dengan orang-orang yang dijadikan kera dan babi. Itu adalah kehinaan yang menimpa orang-orang yang menghambakan diri kepada taghut. Jalan mereka adalah jalan yang lebih tersesat dari jalan yang lurus.
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari  itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS Al-Maidah : 60)
Demikian dahsyat kesesatan yang bisa ditimbulkan syaitan terhadap orang-orang yang membaca kitab suci. Bahkan orang-orang yang membaca kitab suci itu bisa tercampakkan ke tempat yang paling hina di mata Allah, dan mendapatkan laknat serta murka-Nya.

Orang-orang yang mendapatkan kemenangan

Allah telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat agar umat manusia dapat menghindari taghut dan menghambakan diri kepada Allah dengan benar. 
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan hindariilah Thaghut",  maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya (QS An-Nahl : 36)
Maka di antara umat-umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.

Orang-orang yang bisa menghindari taghut akan mendapatkan berita gembira, yaitu berita gembira dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Mereka adalah wali-wali Allah yang pendengaran mereka adalah pendengaran Allah dan  penglihatan mereka adalah penglihatan Allah, dan sifat-sifat lain sebagaimana yang diterangkan dalam hadits qudsi. Mereka mendengar dan melihat sesuai dengan kehendak Allah, namun dalam batasan sesuai  keadaan diri mereka sendiri.
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan  di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS Yunus:62-64)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar